Seorang guru didalam melaksanakan tugas harus memiliki kemampuan sikap dasar yang harus dikembangkan, yaitu :
1.Penguasaan Kurikulum
Guru harus mampu mengimplementasikan isi kurikulum ke dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maksudnya adalah bahwa seorang guru di dalam kegiatan belajar mengajar harus atau wajib menerapkan bahan kajian dan pelajaran yang mengacu pada pembentukan kepribadian dan unsur-unsur kemampuan yang diajarkan dan dikembangkan melalui pendidikan dasar.
2.Menguasai Materi Semua Mata Pelajaran
Guru mempunyai tugas mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Dihadapkan pada kenyataan semacam ini, guru dituntut untuk mampu menyampaikan bahan pelajaran, bahkan harus merasa yakin bahwa apa yang diusahakan untuk disampaikan pada siswa telah dikuasai dan dihayati secara mendalam. Guru harus selalu memperluas dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diuasahan dengan cara banyak membaca buku, surat kabar ataupun internet. Dalam memberikan pelajaran guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dan pengelola proses belajar mengajar, sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didiknya untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan. Jadi guru harus mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai kesempatan. Sebagai guru SD tidak hanya.
Sebagai guru SD tidak hanya menguasai satu mata pelajaran, melainkan seluruh mata pelajaran sesuai dengan yang dimuat dalam isi kurikulum sebagai berikut :
a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Pendidikan Agama. ( oleh guru Pendidikan Agama)
c. Bahasa Indonesia
d. Matematika
e. Ilmu Pengetahuan Alam
f. Ilmu Pengetahuan Sosial
g. Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK)
h. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
i. Muatan Lokal.
3. Terampil Menggunakan Multi Metode Pembelajaran
Seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila menguasai dan mampu mengajar didepan kelas dengan menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran. Bahan pelajaran yang dikuasai belum tentu dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik. Proses penyampaian ini memerlukan kecakapan khusus. Untuk itu perlu penguasaan guru terhadap penyampaian agar siswa tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif dalam interaksi belajar mengajar. Penggunaan metode sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan kondisi siswa, sehingga siswa terangsang untuk terus belajar. Untuk itu guru hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat-alat dan media sehingga belajar mengajar. Juga ketrampilan untuk memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik. Memilih media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode serta kemampuan guru dan minat siswa. Hal ini penting untuk diketahui karena metode mengajar bersifat individual. Yang artinya seorang guru mungkin dapat menggunakan suatu metode dengan baik sementara guru yang lain belum tentu demikian. Oleh karena itu penggunaan suatu metode ataupun perangkat peralatan tidak dapat dipaksakan pada seseorang dapat mencapai tujuan melalui tumbuhnya hubungan yang positif dengan para siswa.
Metode mengajar banyak sekali jenisnya, disebabkan karena metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya :
a. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
b. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
c. Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
d. Fasilitas yang berbagai kwalitas dan kwantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesi yang berbeda-beda.
Secara umum metode-metode dapat digolongkan :
a. Ditinjau dari faktor guru.
1) Metode mengajar secara individual.
2) Metode mengajar secara kelompok.
b. Ditinjau dari faktor murid.
1) Metode mengajar terhadap individual.
2) Metode mengajar terhadap kelompok.
Tetapi didalam kenyataannya guru mempergunakan multi metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi dan lain-lain. Yang terpenting diperhatikan adalah batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang digunakan untruk merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahanya itu. Diantaranya adalah :
a. Metode Caramah
Ceramah adalah penerangan dan menuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dengan menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar yang pokok adalah berbicara. Peranan murid dalam metode ceramah ialah mendengarkan dan mencatat pokok-pokok pelajaran yang dikemukakan oleh guru.
b. Metode Diskusi
Diskusi adalah aktivitas dalam kelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban/ penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada. Metode ini sangat efektif untuk melatih keberanian dan ketrampilan anak dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapat.
c. Metode Tanya Jawab
Pertanyaan memberikan rangsangan untuk menggiatkan anak-anak berfikir. Pertanyaan timbul bila sesuatu tidak jelas dan mendorong seseorang berusaha untuk memahaminya.
d. Metode Latihan (drill)
Latihan siap atau drill sangat sesuai untuk melatih ketrampilan mental. Latihan berhubungan dengan pembentukan kemahiran, kecakapan.
e. Metode Tugas (Resitasi)
Suatu metode mengajar dimana guru memberi tugas kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Tugas itu berhubungan dengan bahan pengajaran yang telah dipelajari.
f. Metode Eksperimen
Eksperimen dapat digunakan baik dalam bidang pengetahuan alam maupun dalam bidang pengetahuan sosial atau kemasyarakatan dan dapat dilakukan baik di dalam laboratorium maupun diluar. Metode ini ada hubungannya yang erat dengan metode pemecahan masalah.
g. Metode Pemecahan Masalah
Metode sebagai pembinaan sikap ilmiah pada anak-anak. Dengan metode ini anak-anak belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.
h. Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah semacam sandiwara atau dramatisasi tanpa skrit (bahan tertulis) tanpa latihan lebuh dahulu, tanpa menghafal, pokoknya adalah sesuatu masalah sosial yang bertalian dengan hubungan antar manusia. Jadi dilakukan secara spontan berdasarkan beberapa keterangan tertentu.
i. Metode Demonstrasi
Demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau orang lain suatu percobaan diperlihatkan kepada seluruh kelas.
j. Metode Kerja Kelompok
Metode mengajar untuk membawa siswa sebagai kelompok dan secara bersma-sama berusaha untuk memecahkan masalah atau melakukan seatu tugas. Kerja kelompok dapat berjangka panjang atau berjangka pendek.
k. Metode Karya Wisata
Metode mengajar yang pelaksanannya mengajak siswa untuk langsung mengamati obyek/ sasaran yang ada dilingkungannya sekitar. Metode ini dengan adanya unsur rekreasi.
4. Terampil Melaksanakan Penilaian (Evaluasi)
Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan umpan balik bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun bagi siswa sendiri dan orang tua siswa. Penilaian bermanfaat untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. Dalam satu babakan belajar mengajar, guru hendaknya menjadi penilaian yang baik. Kesalahan atau kelemahan dalam penyusunan alat-alat penilaian, misalnya, penggunaan tes obyektif yang terus menerus mengakibatkan anak kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Penilaian di Sekolah hendaknya dilakukan secara obyektif, kontinyu, mempergunakan berbagai jenis yang bervariasi, dan mampu merangsang motivasi siswa untuk belajar. Tes-tes uraian perlu digunakan dalam ulangan harian untuk membiasakan siswa agar mampu mengungkapkan pikirannya. Penilaian yang benar adalah menilai apa yang harus dinilai menilai tujuan pembelajaran, misalnya : Jika tujuan pembelajaran berkaitan dengan perubahan tingkah laku tentang sikap, maka penilaiannya juga harus tentang sikap anak. Bukan ingatan atau pemahaman tentang sesuatu. Selanjutnya guru harus meneliti dan menelaah hasil evaluasi siswa, kemudian menentukan langkah selanjutnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program belajar mengajar.
5. Komitmen Guru Terhadap Tugasnya.
Ciri pokok profesionalisme adalah apabila seseorang memiliki komitmen yang mendalam terhadap tugasnya. Kecintaan terhadap tugas diwujudkan dalam bentuk curahan, tenaga, waktu dan pikiran. Dalam mengemban tugas ini guru hendaknya mampu melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Guru hendaknya mencintai tugas dan tanggung jawabnya. Kecintaan terhadap tugas akan membangkitkan gairah dan ketulusan kerja.
b. Guru jangan ingin berkuasa, dan secara otoriter memaksa anak patuh akan segala sesuatu yang dipertahankan. Dibawah guru yang otoriter suasana kelas menjadi tegang dan sering diliputi oleh rasa takut.
c. Guru hendaknya konsekwen. Janganlah guru diombang-ambingkan oleh perasaannya, kalau merasa senang bersifat lunak, kalau merasa murung bersifat keras. Itu sebabnya guru harus berhati-hati mengeluarkan peraturan, agar dapat berpegang teguh kepada peraturan itu. Akan tetapi konsekwen tidak berarti, bahwa kita harus mempertahan kan peraturan yang ternyata merugikan. Sekalipun kita konsekwen kita harus pula terbuka bagi perbakan.
d. Guru harus mewujudkan rasa percaya dirinya. Anak-anak ingin perlindungan dari rasa aman. Kelemahan dan keragu-raguannya dalam batin, tak perlu diperhatikan pada anak.
e. Guru ingin membesarkan-besarkan soal yang dapat diselesaikan secara arif. Kesalahan anak kecil dapat dilewatkan begitu saja. Terlapau rewel akan hal-hal kecil akan menimbulkan kejengkelan pada anak.
f. Guru jangan menaruh dendam. Apa yang sduah dipecahkan hendaknya dianggap selesai. Anak jangan merasa dibenci oleh guru karena pernah melakukan kesalahan.
g. Guru jangan memberi janji yang tidak mungkin dapat ditepati juga tidak perlu memaksa anak berjanji akan memperbaiki kelaukannya. Mengubah kelakuan tidak mudah dan memerlukan waktu dan bimbingan.
h. Guru jangan mengancam anak.
i. Guru jangan terlalu rewel, membentak dan menggunakan kata-kata kasar.
j. Guru hendaknya mempunyai rasa humor yang berarti mempunyai sikap obyektif.
k. Guru hendaknya pandai bergaul dengan anak, tetapi jangan sampai menghilangkan rasa hormat anak terhadapnya. Guru adalah orang dewasa yang harus membimbing anak ke arah kedewasaan.
l. Guru kelas harus menghormati pribadi setiap anak, lepas dari kedudukan orang tuanya, kepandaiannya, agama, kesukaan atau kelakuannya. Anak diperlakukan sama tanpa mengenal anak emas.
m. Guru hendaknya menerima anak menurut keadaan, watak, dan kesanggupan masing-masing. Anak merupakan individu yang khas, berhak memelihara kepribadiannya sendiri sebagai pendidikan guru harus dapat dan wajib mewujudkan sifat-sifat yang luhur pada dirinya.
6. Disiplin
Pendidikan adalah suatu proses yang direncanakan agar siswa tumbuh dan berkembang melalui kegiatan belajar. Guru sebagai pendidik dengan sengaja mempengaruhi arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Namun kuat lemahnya pengaruh itu sangat bergantung pada usaha disiplin yang ditetapkan dan dicontohkan oleh guru.
Disiplin kelas merupakan hal yang penting dalam menunjang keberhasilan pengelolaan kelas dari seorang guru. Itu merupakan suatu kriteria penting dalam menilai kualitas atau mutu kepemimpinan seorang guru.
a. Pengertian disiplin kelas
b. Cara/ tekhnik membina disiplin kelas
1) Pendekatan
a) Pemberian bimbingan dan penyuluhan pada siswa untuk memahami dan mengenal diri sendiri. Sehingga mereka dapat mengembangkan pola-pola tingkah laku yang baik ke arah pembinaan diri sendiri.
b) Evaluasi pada diri pribadi yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk mengavaluasi tingkah lakunya berdasarkan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan.
2) Tehnik-Tehnik yang digunakan
a) Taknik keteladanan guru
Guru memberikan contoh teladan sikap dan perilaku yang baik pada siswa.
b) Teknik bimbingan guru.
Guru memberi bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisiplinan para siswa.
c) Teknik pengawasan bersama
Kesadaran akan tujuan bersama guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali.
Beberapa upaya yang dilakukan dalam pembinaan disiplin sebagai berikut :
a. Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
b. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
c. Membina organisasi kelas secara demokratis.
d. Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri/ mandiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
e. Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
f. Memberikan dorongan pada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
Semua itu berhasil apabila guru dapat mendisiplinkan diri sebelum mendisiplinkan siswanya.
Tanpa disiplin tujuan pendidikan dan pengajaran tidak akan tercapai. Seorang guru harus mampu menciptakan disiplin yang baik di dalam kelasnya. Tunduk kepada peraturan. Dengan disiplin yang tinggi usaha untuk mengatur dan mengontrol kelakuan anak didik guna mencapai tujuan pendidikan lebih mudah (Depdiknas, 1997 : 4-8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar